Makalah Antropologi
FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN SUNNAH
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Filsafat social
barat sangat bergantung pada sebuah keyakinan bahwa yang benar-benar mutlak
sebuah kebenaran adalah alam materi, sehingga turunan dari mereka adalah
orang-orang matrealis yang tidak mengakui adanya Tuhan sebagai pencipta. Atau
dengan kata lain mereka adalah orang-orang matrealisme.
Mereka
berkeyakinan bahwa alam semesta ini telah ada dengan sendirinya dan akan tetap
ada selama-lamanya, bahkan keberadaanyapun terjadi secara kebetulan. Begitu
juga makhluk yang menghuninya yaitu manusia, manusia tercipta secara kebetulan
dan merupakan turunan dari hewan menyerupai kera (primat) yang berevolusi
secara tidak sengaja menjadi manusia. (teori Darwin)
Walaupun
sebenarnya teori yang mengatakan bahwa alam semesta ini tetap atau statis telah
terbantahkan oleh teori-teori sains yang berkembang di abad sekarang, namun
hegemoni mereka tentang matrealistik tetap saja mengakar di seluruh pelosok
negeri. Padahal ilmu pengetahuan telah menemukan Tuhan lewat penelitiannya yang
mutaakhir di abad ini dengan teori-teori sains saat ini.
Teori yang
dinamakan big bang oleh para ilmuan telah menemukan adanya awal dari alam
semesta. Dengan kata lain ilmu pengetahuan telah mengatakan bahwa alam semesta
ini memiliki pencipta melalui teori tersebut.
Terkadang
hegemoni barat tentang matrealisnya masih sangat kuat mengakar di masyarakat.
Karena hegemoni tersebut masih menjadi kurikulum bagi pelajar-pelajar kita di
negeri ini. Padahal ilmu pengetahuan telah berkembang jauh melampaui apa yang
ada dalam kurikulaum pendikan di negeri ini.
Karena
Indonesia tergolong pada dunia ke-3 yang notabne sebagai Negara yang sedang
mengalami perkembangan (katanya) maka Indonesia merasa perlu dan harus
mengikuti jejak dan langakah Negara-negara adidaya agar mencapai dan berubah
menjadi Negara yang maju. semua tatanan yang ada di Indonesia mengacu pada
Negara-negara maju termasuk dalam sisitem
pendidikannya. Hegemoni dalam pendidikan misalnya, pelajaran-pelajaran yang
diajarkan pada anak-anak bangsa terkait asal-usul manusia masi mengacu pada
teori Darwin bahwa manusia adalah turunan primat dan lain sebagainya. Padahal
sains modern telah menemukan fakta baru terkait hal tersebut.
Dari alasan
inilah penulis berangkat membuat tulisan terkait ilmu-ilmu yang terhijab oleh
tangan-tangan yang tak bertanggung jawab, maka penulis putuskan untk menyusun
sebuah makalah yang berjudul FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN SUNNAH?.
b. Rumusan Masalah
a) Apa yang menjadi sumber inspirasi FSP
anda?
b) Apa isi gagasan utama dari FSP anda?
c. Kerangka Pemikiran
Dalam sub ini
penulis berangkat dari pandangan masyarakat sendiri terkait sebuah ilmu
pengetahuan tentang filsafat kemudian menselaraskan dengan apa yang terkandung
dalam pedoman hidup dari Nabi Muhammad saw. yaitu al-Qur’n dan Sunnah.
Dan filsafat
social profetik memiliki ruang yang cukup luas untuk dapat mengkaji
permasalahan yang penulis angkat ini. Dengan memahami keadaan masyarakat yang
memberikan tanggapan negative pada filasafat dan lain sebagainya
d. Metode penelitian
Penulis akan
mencoba mengkaji tema yang penulis angkat dengan analisa dan pendekata
verstehen dan dengan menempuh metode kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Sumber inspirasi
Sumber utama
yang menjadi inspirasi penulis adalah pengalaman pribadi penulis ketika harus
menempuh dunia pendidikan tingkat perguruan tinggi yaitu di Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan program studi Aqidah dan Filsafat.
Penulis yang
berasal dari sekolah islam (pesantren)
Mu’alimin (se-tingkat SMA) yaitu salah satu pendidikan formal dalam
naungan Ormas Persatuan islam yang notabene berlandaskan keislamanan dengan
salah satu visinya agar santri menjadi orang yang faqih atau faham terhadap
agama harus bergelut dalam dunia pendidikan yang begitu bertolak belakang
dengan asal-usul pendidikan penulis, yaitu Filsafat pendidikan yang dipandang
sebelah mata oleh masyarakat luas.
Terjadi
pertentangan antara penulis dengan kawan-kawan di ma’had, mereka mengatakan
bahwa penulis telah belajar di jurusan yang salah yaitu mempelajari sebuah ilmu
yang sesat. Filsafat dipandang telah sesat dan menyesatkan karena mereka telah
mempelajari tentang Tuhan dan segala ciptaan-Nya dan lain sebagainya sehingga
pembelajar di filsafat lupa akan kewajiban-kewajiban syariat islam sebagai
jalan bagi hidup mereka. Setidaknya itulah ucapan teman-teman yang membenci
filsafat.
b. Gagasan filsafat social profetik
a) Filasafat Dalam Perspektif Al-Qur’an
Firman Alloh
swt dalam surat al-kahfi ayat 109 yang artinya : “Katakanlah: "Kalau
sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
Dalam sebuah
ayat Alloh azza wajalla pernah berfirman terkait ilmu, Tuhan berfirman jikalau
lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat (ilmu) Tuhan maka tidak
akan cukup untuk menuliskannya secara lengkap walaupun didatangkan lagi lautan
yang semisal untuk menambahkan sebagai tinta.
Seorang awam
seperti penulis hendak memahami ayat tersebut, yang penulis fahami dari ayat
tersebut adalah fakta dari pengetahuan Tuhan itu begitu luas dan manusia tidak
aka pernah sanggup untuk memahami secara keseluruhan ilmu pengetahuan. Sorang
ilmuan besar abad pertengahan pernah berujar dua hal yang membuatku takjub
karena tidak mampu mempelajarinya secara sempurna yaitu tentang bintang-bintang
di langit dan alam semesta. (Albert Einstein, Kembara semesta agung).
Ilmu Tuhan
sangatlah luas, itu menujukan pada kita agar manusia tidak jath pada sifat
kesombongan dan mangakui bahwa diri sendiri telah benar dan telah mencapai
sebuah kebenaran.
Namun terkadang
filsafat dituduh sebagai ilmu yang sesat dan menyesatkan, padahal secara
spesifik tidak ada dalil ataupun hujah yang menyebutkan hal tersebut. Mereka
menganggap sesat terhadap filsafat karena dituding sebagai penggagas Tuhan,
dengan kata lain filsafat telah membuat Tuhan-tuhan baru dengan karya dan daya
fikirnya. Padahal sejatinya filsafat justru memurnikan kerangka berfikir
terhadap Ke-Tuhan-an dengan membersihkan faham-faham yang menyimpang dan
bergerak diluar koridor.
Filsafat justru
memurnikan nilai-nilai ke-Tuhan-an dengan mengembalikan segala bentuk kebenaran
pada sumber aslinya, yaitu Tuhan semesta agung dengan jalan yang rasional dan
nurani.
Dewasa ini
orang-orang sebenarnya telah terhegemoni oleh barat dalam fram berfikir mereka.
Orang-orang saat ini berfikir dan bertindak tidak lebih dan tidak bukan hanya
untuk kepentingan perut masing-masing. Buakn untuk kepentingan apapun dan
siapapun, terlebih untuk kepentingan pengetahuan di masa yang akan datang.
Hegemoni barat
dalam pendidikan saat ini tertuju pada pemisahan dan pengklasifikasian sebuah
pengetahuan. Saat ini ilmu system pendidikan di Indonesia khususnya lebih
mengedepankan spesifikasi terhadap sebuah ilmu pengetahuan. Mereka
meskulerisasikan antara ilmu umum dan agama sebagai salah satu cintohny.
Maka dari itu
terjadi pemisahan dikalangan umat islam sendiri terhadap sebuah ilmu
pengetahuan, dan yang lebih ekstrim dari kalangan umat islam sendiri mengatakan
filsafat adalah ilmu Kafir karena tergolong pada ilmu umum yang menyesatkan.
Padahal mereka berhujah demikian hanya dari hegemoni-hegemoni yang ada.
Sikap terlalu
fanatic terhadap suatu tokoh misalnya, telah menjadikan hegemoni ini berkembang
pesat. Seperti perkataan al-Ghozali yang menyebutkan bahwa filsafat itu sesat.
Sebenarnya al-ghozali berpendirian seperti itu setelah ia kenyang mengunyah
filsafat dan beralih pada dunia tasawwuf yang dianggapnya lebih relevan dengan
nilai-nilai keislaman. Atau dengan kata lain dia telah memahami islam dengan
jalan filsafatanya baru kemudian dia mengatakan sesat.
Dan yang
terjadi dikalangan masyarakat awam adalah pemahaman bahwa filsafat itu sesat dan merekapun tidak
mengetahui sama sekali tentang tasawwuf padahal al-ghozali telah memahami
keudanya. Namun yang terjadi di masyarakat adalah penolakan terhadap filsafat
dan meninggalakan tasawwuf.
b) Filsafat Dalam Perspektif Sunnah
Dalam sebuah
hadits nabi di terangkan bahwa menuntut ilmu tiu waib bagi setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan. (hadits Bukhori)
Dari hadits
tersebut telah jelas menandakan bahwa syariat sangat menuntut agar umat islam
senantiasa mencari ilmu dan hal tersebut telah menjadi keajiban bagi tiap
individu, tanpa ada pembedaan dari jenis ilmu it sendiri. Nabi saw tidak
menyebutkan adanya ikmu kafir, dan ilmu islam, yang ada hanyalah ilmu. Karena
memng dalam ayat yang telah di paparkan dalam sub sebelumnya bhwa ilmu Tuhan
itu luas dan disini kita dituntut untuk mencarinya.
Dan dalam
hadits yang lain bahkan diterangkan bahwa menuntut ilmu itu wajib dari mulai
kita hidup sampai kita meninggal (hadits Bukhori dan muslim). Jadi telah jelas
sebenarnya bahwa pembabakan ilmu kedalam beberapa cabang ilmu pengetahuan akan
berakibat fatal jika berada di tangan yang salah.
c) Korelasi Antara Islam dan filsafat
Islam sendiri
adalah agama yang Tuhan berikan pada umat manusia. Dan untuk memahami agama
kita membutuhkan jalan dan caranya dan filsafat sebenarnya jalan untuk menempuh
jalan tersebut. Dan di satu sisi hati adalah jalan untuk menempuh nilai-nilai
keislaman tersebut.
Denag kata lain
untuk memahami islam kita membutuhkan pemikiran dan perasaan agar mencapai
keselarasan dengan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam al-quran dan sunnah.
BAB III
VERIFIKASI
a. Member check
Dalam ayat lain
Alloh telah berfirman bahwa kita tidk boleh sombong terhadap ilmu yang kita
miliki, seperti halnya yang terjadi pada nabi Musa as ketika merasa dirinya
paling pandain maka Alloh menegurnya dan memerintahkan padanya untuk menemui
orang yang lebih pandai dari dirinya.
Khidir adalah
seorang yang pandai, dan kepandaianya itu melebihi nabi musa, karena khidir
mendapat ilmu dari jalan yang berbeda. Manusia mendapatkan ilmu dengan belajar
dan berusaha sedangkan ia mendapatkan ilmu dari jalan lain yaitu lansung
mendapatkan ilmu dari Tuhan.
Maka tidak ada
ilmu yang sesat bagi penulis, yang ada bentuk aplikasi dari sebuah ilmu dari
orang-orang yang telah jauh dari kebijksanaan dengan kata lain mereka
mngerjakan ilmu tidak sesuai dengan aturan Tuhan.
b. Triangulasi
Dewasa ini
telah ada cabang ilmu baru yaitu ilmu kompleksitas yaitu ilmu yang berusaha
untuk mempelajari hidup dengan cara pandang berbagai ilmu, ilmu itu berusaha
mensinergikan semua ilmu pada satu titik temu antara cabang-cabang ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kehidupan ini dengan lebih tepat. (Budiman
Sujatmika, ketua DPR RI Komisi II)
BAB IV
KESIMPULAN
1. Al-quran tidak menolak filsafat untuk
dipelajari umat manusia
2. Sunnah tidak menolak filsafat untk
dipeajari umat manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar