Kamis, 13 Februari 2014

FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN SUNNAH (Antropologi)

Makalah Antropologi

FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN SUNNAH


BAB I

PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang Masalah
Filsafat social barat sangat bergantung pada sebuah keyakinan bahwa yang benar-benar mutlak sebuah kebenaran adalah alam materi, sehingga turunan dari mereka adalah orang-orang matrealis yang tidak mengakui adanya Tuhan sebagai pencipta. Atau dengan kata lain mereka adalah orang-orang matrealisme.
Mereka berkeyakinan bahwa alam semesta ini telah ada dengan sendirinya dan akan tetap ada selama-lamanya, bahkan keberadaanyapun terjadi secara kebetulan. Begitu juga makhluk yang menghuninya yaitu manusia, manusia tercipta secara kebetulan dan merupakan turunan dari hewan menyerupai kera (primat) yang berevolusi secara tidak sengaja menjadi manusia. (teori Darwin)
Walaupun sebenarnya teori yang mengatakan bahwa alam semesta ini tetap atau statis telah terbantahkan oleh teori-teori sains yang berkembang di abad sekarang, namun hegemoni mereka tentang matrealistik tetap saja mengakar di seluruh pelosok negeri. Padahal ilmu pengetahuan telah menemukan Tuhan lewat penelitiannya yang mutaakhir di abad ini dengan teori-teori sains saat ini.
Teori yang dinamakan big bang oleh para ilmuan telah menemukan adanya awal dari alam semesta. Dengan kata lain ilmu pengetahuan telah mengatakan bahwa alam semesta ini memiliki pencipta melalui teori tersebut.
Terkadang hegemoni barat tentang matrealisnya masih sangat kuat mengakar di masyarakat. Karena hegemoni tersebut masih menjadi kurikulum bagi pelajar-pelajar kita di negeri ini. Padahal ilmu pengetahuan telah berkembang jauh melampaui apa yang ada dalam kurikulaum pendikan di negeri ini.
Karena Indonesia tergolong pada dunia ke-3 yang notabne sebagai Negara yang sedang mengalami perkembangan (katanya) maka Indonesia merasa perlu dan harus mengikuti jejak dan langakah Negara-negara adidaya agar mencapai dan berubah menjadi Negara yang maju. semua tatanan yang ada di Indonesia mengacu pada Negara-negara maju  termasuk dalam sisitem pendidikannya. Hegemoni dalam pendidikan misalnya, pelajaran-pelajaran yang diajarkan pada anak-anak bangsa terkait asal-usul manusia masi mengacu pada teori Darwin bahwa manusia adalah turunan primat dan lain sebagainya. Padahal sains modern telah menemukan fakta baru terkait hal tersebut.
Dari alasan inilah penulis berangkat membuat tulisan terkait ilmu-ilmu yang terhijab oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab, maka penulis putuskan untk menyusun sebuah makalah yang berjudul FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN SUNNAH?.

b.     Rumusan Masalah
a)     Apa yang menjadi sumber inspirasi FSP anda?
b)     Apa isi gagasan utama dari FSP anda?
c.     Kerangka Pemikiran
Dalam sub ini penulis berangkat dari pandangan masyarakat sendiri terkait sebuah ilmu pengetahuan tentang filsafat kemudian menselaraskan dengan apa yang terkandung dalam pedoman hidup dari Nabi Muhammad saw. yaitu al-Qur’n dan Sunnah.
Dan filsafat social profetik memiliki ruang yang cukup luas untuk dapat mengkaji permasalahan yang penulis angkat ini. Dengan memahami keadaan masyarakat yang memberikan tanggapan negative pada filasafat dan lain sebagainya
d.     Metode penelitian
Penulis akan mencoba mengkaji tema yang penulis angkat dengan analisa dan pendekata verstehen dan dengan menempuh metode kepustakaan.

BAB II
PEMBAHASAN

a.     Sumber inspirasi
Sumber utama yang menjadi inspirasi penulis adalah pengalaman pribadi penulis ketika harus menempuh dunia pendidikan tingkat perguruan tinggi yaitu di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan program studi Aqidah dan Filsafat.
Penulis yang berasal dari sekolah islam (pesantren)  Mu’alimin (se-tingkat SMA) yaitu salah satu pendidikan formal dalam naungan Ormas Persatuan islam yang notabene berlandaskan keislamanan dengan salah satu visinya agar santri menjadi orang yang faqih atau faham terhadap agama harus bergelut dalam dunia pendidikan yang begitu bertolak belakang dengan asal-usul pendidikan penulis, yaitu Filsafat pendidikan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas.
Terjadi pertentangan antara penulis dengan kawan-kawan di ma’had, mereka mengatakan bahwa penulis telah belajar di jurusan yang salah yaitu mempelajari sebuah ilmu yang sesat. Filsafat dipandang telah sesat dan menyesatkan karena mereka telah mempelajari tentang Tuhan dan segala ciptaan-Nya dan lain sebagainya sehingga pembelajar di filsafat lupa akan kewajiban-kewajiban syariat islam sebagai jalan bagi hidup mereka. Setidaknya itulah ucapan teman-teman yang membenci filsafat.

b.        Gagasan filsafat social profetik

a)  Filasafat Dalam Perspektif Al-Qur’an
Firman Alloh swt dalam surat al-kahfi ayat 109 yang artinya : “Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
Dalam sebuah ayat Alloh azza wajalla pernah berfirman terkait ilmu, Tuhan berfirman jikalau lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat (ilmu) Tuhan maka tidak akan cukup untuk menuliskannya secara lengkap walaupun didatangkan lagi lautan yang semisal untuk menambahkan sebagai tinta.
Seorang awam seperti penulis hendak memahami ayat tersebut, yang penulis fahami dari ayat tersebut adalah fakta dari pengetahuan Tuhan itu begitu luas dan manusia tidak aka pernah sanggup untuk memahami secara keseluruhan ilmu pengetahuan. Sorang ilmuan besar abad pertengahan pernah berujar dua hal yang membuatku takjub karena tidak mampu mempelajarinya secara sempurna yaitu tentang bintang-bintang di langit dan alam semesta. (Albert Einstein, Kembara semesta agung).
Ilmu Tuhan sangatlah luas, itu menujukan pada kita agar manusia tidak jath pada sifat kesombongan dan mangakui bahwa diri sendiri telah benar dan telah mencapai sebuah kebenaran.
Namun terkadang filsafat dituduh sebagai ilmu yang sesat dan menyesatkan, padahal secara spesifik tidak ada dalil ataupun hujah yang menyebutkan hal tersebut. Mereka menganggap sesat terhadap filsafat karena dituding sebagai penggagas Tuhan, dengan kata lain filsafat telah membuat Tuhan-tuhan baru dengan karya dan daya fikirnya. Padahal sejatinya filsafat justru memurnikan kerangka berfikir terhadap Ke-Tuhan-an dengan membersihkan faham-faham yang menyimpang dan bergerak diluar koridor.
Filsafat justru memurnikan nilai-nilai ke-Tuhan-an dengan mengembalikan segala bentuk kebenaran pada sumber aslinya, yaitu Tuhan semesta agung dengan jalan yang rasional dan nurani.
Dewasa ini orang-orang sebenarnya telah terhegemoni oleh barat dalam fram berfikir mereka. Orang-orang saat ini berfikir dan bertindak tidak lebih dan tidak bukan hanya untuk kepentingan perut masing-masing. Buakn untuk kepentingan apapun dan siapapun, terlebih untuk kepentingan pengetahuan di masa yang akan datang.
Hegemoni barat dalam pendidikan saat ini tertuju pada pemisahan dan pengklasifikasian sebuah pengetahuan. Saat ini ilmu system pendidikan di Indonesia khususnya lebih mengedepankan spesifikasi terhadap sebuah ilmu pengetahuan. Mereka meskulerisasikan antara ilmu umum dan agama sebagai salah satu cintohny.
Maka dari itu terjadi pemisahan dikalangan umat islam sendiri terhadap sebuah ilmu pengetahuan, dan yang lebih ekstrim dari kalangan umat islam sendiri mengatakan filsafat adalah ilmu Kafir karena tergolong pada ilmu umum yang menyesatkan. Padahal mereka berhujah demikian hanya dari hegemoni-hegemoni yang ada.
Sikap terlalu fanatic terhadap suatu tokoh misalnya, telah menjadikan hegemoni ini berkembang pesat. Seperti perkataan al-Ghozali yang menyebutkan bahwa filsafat itu sesat. Sebenarnya al-ghozali berpendirian seperti itu setelah ia kenyang mengunyah filsafat dan beralih pada dunia tasawwuf yang dianggapnya lebih relevan dengan nilai-nilai keislaman. Atau dengan kata lain dia telah memahami islam dengan jalan filsafatanya baru kemudian dia mengatakan sesat.
Dan yang terjadi dikalangan masyarakat awam adalah pemahaman bahwa  filsafat itu sesat dan merekapun tidak mengetahui sama sekali tentang tasawwuf padahal al-ghozali telah memahami keudanya. Namun yang terjadi di masyarakat adalah penolakan terhadap filsafat dan meninggalakan tasawwuf.
b)  Filsafat Dalam Perspektif Sunnah
Dalam sebuah hadits nabi di terangkan bahwa menuntut ilmu tiu waib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. (hadits Bukhori)
Dari hadits tersebut telah jelas menandakan bahwa syariat sangat menuntut agar umat islam senantiasa mencari ilmu dan hal tersebut telah menjadi keajiban bagi tiap individu, tanpa ada pembedaan dari jenis ilmu it sendiri. Nabi saw tidak menyebutkan adanya ikmu kafir, dan ilmu islam, yang ada hanyalah ilmu. Karena memng dalam ayat yang telah di paparkan dalam sub sebelumnya bhwa ilmu Tuhan itu luas dan disini kita dituntut untuk mencarinya.
Dan dalam hadits yang lain bahkan diterangkan bahwa menuntut ilmu itu wajib dari mulai kita hidup sampai kita meninggal (hadits Bukhori dan muslim). Jadi telah jelas sebenarnya bahwa pembabakan ilmu kedalam beberapa cabang ilmu pengetahuan akan berakibat fatal jika berada di tangan yang salah.
c)  Korelasi Antara Islam dan filsafat
Islam sendiri adalah agama yang Tuhan berikan pada umat manusia. Dan untuk memahami agama kita membutuhkan jalan dan caranya dan filsafat sebenarnya jalan untuk menempuh jalan tersebut. Dan di satu sisi hati adalah jalan untuk menempuh nilai-nilai keislaman tersebut.
Denag kata lain untuk memahami islam kita membutuhkan pemikiran dan perasaan agar mencapai keselarasan dengan nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam al-quran dan sunnah.


BAB III

VERIFIKASI

a.     Member check
Dalam ayat lain Alloh telah berfirman bahwa kita tidk boleh sombong terhadap ilmu yang kita miliki, seperti halnya yang terjadi pada nabi Musa as ketika merasa dirinya paling pandain maka Alloh menegurnya dan memerintahkan padanya untuk menemui orang yang lebih pandai dari dirinya.
Khidir adalah seorang yang pandai, dan kepandaianya itu melebihi nabi musa, karena khidir mendapat ilmu dari jalan yang berbeda. Manusia mendapatkan ilmu dengan belajar dan berusaha sedangkan ia mendapatkan ilmu dari jalan lain yaitu lansung mendapatkan ilmu dari Tuhan.
Maka tidak ada ilmu yang sesat bagi penulis, yang ada bentuk aplikasi dari sebuah ilmu dari orang-orang yang telah jauh dari kebijksanaan dengan kata lain mereka mngerjakan ilmu tidak sesuai dengan aturan Tuhan.
b.     Triangulasi
Dewasa ini telah ada cabang ilmu baru yaitu ilmu kompleksitas yaitu ilmu yang berusaha untuk mempelajari hidup dengan cara pandang berbagai ilmu, ilmu itu berusaha mensinergikan semua ilmu pada satu titik temu antara cabang-cabang ilmu pengetahuan untuk memenuhi kehidupan ini dengan lebih tepat. (Budiman Sujatmika, ketua DPR RI Komisi II)


BAB IV
KESIMPULAN

1.    Al-quran tidak menolak filsafat untuk dipelajari umat manusia
2.    Sunnah tidak menolak filsafat untk dipeajari umat manusia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar